Cut Nyak Dien yang ditulis Madam Lulofs, seorang penulis dan jurnalis asal Belanda, berusaha menceritakan akar sejarah dan kehidupan sang ratu perang Aceh ini. Pengalamannya pernah tinggal di wilayah Aceh, memberikan gambaran kondisi alam dan masyarakat yang cukup detail, baik dari pihak kolonial belanda dan rakyat Aceh. Semasa hidup, Cut Nyak Dien tak berpangku tangan melihat warganya di Aceh disiksa dan ditindas. Ia menolak jadi budak, dan memimpin pasukan untuk bergerilya, melawan tentara Belanda. Bersama dengan sang suami, Teuku Umar, Cut Nyak Dien bergabung dalam barisan rakyat Aceh. Sayang, sang suami mesti lebih dulu mengakhiri perjuangan demi menghadap Biografi Cut Nyak Dien ini dimulai dengan latar belakang keluarganya. Ia lahir di Kampung Lam Padang, VI Mukim, Aceh pada tanggal 24 November 1848. Keluarga Cut Nyak Dien memiliki darah campuran Aceh dan Minangkabau. Ia memiliki garis keturunan keluarga bangsawan Aceh yang berasal dari ibunya, yaitu Teuku Intan.
Penyerahan bingkisan santunan kepada 75 anak yatim piatu dari Panti Asuhan Cut Nyak Dien Ciledug, 75 anak yatim piatu dari Panti Asuhan Putra Asih Tangerang. 1 November 1992 Melaksanakan khitanan masal di Mesjid Istiqlal bagi anak yatim piatu dan anak-anak dari keluarga kurang beruntung. Pesertanya sebanyak 48 orang.
Sosok Cut Nyak Dien yang lahir pada tahun 1848 kemudian tumbuh di tengah lingkungan bangsawan Aceh dan pendidikan agama yang kuat. Suami pertama Cut Nyak Dien bernama Teuku Ibrahim, anak Teuku Abas Ujung Aron dari daerah Lamnga. Suaminya pertamanya wafat dalam pertempuran melawan Belanda pada 29 Juni 1878. Dari pernikahan pertamanya, mereka Kematian Ibrahim Lamnga Ketika Ibrahim Lamnga bertempur di Gle Tarum, Tarum, ia tewas pada tanggal 29 Juni 1878. Hal ini membuat Cut Nyak Dhien sangat marah dan bersumpah akan menghancurkan Belanda. Selama berkecamuknya peperangan, Teuku Chik Ibrahim meninggalkan Cut Nyak Dhien di Lampadang untuk berjuang. fRKQ7nl. 316 342 407 447 81 233 42 103 318

panti asuhan cut nyak dien